Selasa, 26 Mei 2009

KARTINI-ISME DALAM BUDAYA MANGGARAI


Kartini; Sebuah Lilin


Kartini adalah salah seorang tokoh pejuang yang pernah tertulis dalam buku catatan sejarah bangsa
Indonesia. Dia merupakan figur yang berpengaruh dan patut diteladani atas kegigihannya dalam upaya memperjuangkan emansipasi wanita. Kartini dilahirkan pada sebuah desa yang terpencil di Jawa Tengah tepatnya di desa Jepara pada tanggal 21 april 1879. Dan salah satu buah karyanya yang terkenal sampai saat ini adalah sebuah buku yang berjudul “habis gelap terbitlah terang” Dari kecil hingga besar kartini hidup dan dibesarkan dalam sebuah budaya yang kaku dimana kaum laki-laki menjadi superordinat daripada kaum perempuan..Dalam segala situasi kaum perempuan kehilangan eksistensinya untuk menunjukkan jati dirinya sebagai individu yang memiliki hak dan kebebasan tertentu. Kebebasan mereka terpasung oleh sebuah system budaya yang terkesan monopolistic. Berangkat dari situasi ini Kartini merasa terdorong untuk menyuarakan tegaknya suatu system yang adil yang dikenal dengan emansipasi wanita. Dan ini merupakan fase kehidupan baru dalam sejarah emansipasi wanita di bumi pertiwi Indonesia.

1. BBudaya Manggarai; Sejalan Dengan Ide KARTINI?

Budaya merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia. Manusia hidup dan terbentuk karena budaya. Budaya tidak terlepas dari kehidupan manusia dan manusia pun tidak dapat hidup tanpa budaya. Oleh karena itu, budaya dapat dijadikan sebagai fondasi utama dalam menerapkan nilai-nilai luhur dalam keberlangsungan hidup bersama. Dan tidak dapat dipungkiri bahwa setipa suku bangsa memiliki system budayanya tersendiri. Demikian halnya dengan budaya Manggarai. Budaya Manggarai memiliki ciri khas tersendiri yang berbeda dengan suku budaya dari daerah lain. Kekhasan tersebut tampak dan terungkap pada system kekerabatan yang menganut system patrilineal. Sistem kekerabatan patrilineal artinya dalam segala sesuatu peran kaum-kaum laki-laki mendapat sebuah perlakuan istimewa dan diposisikan pada tempat/kedudukan yang pertama (dinomorsatukan). Disini mau menunjukkan bahwa laki-lakilah yang berhak sebagai pengambil keputusan yang utama. Tetapi bukan berarti bahwa suara atau pendapat dari kaum perempuan tidak diperhitungkan tetapi merupakan sebuah bahan pertimbangan bagi kaum laki-laki sebagai penentu keputusan final..Bila kita cermati secara mendalam, dalam prakteknya di Manggarai pengaruh system patrilineal inilah yang mengekang kebebasan kaum perempuan untuk menunjukkan peran dan statusnya sebagai individu yang bebas menunjukan eksistensinya selayaknya ia berperan. Karena pada dasarnya emansipasi itu menyuarakan kebebasan peran daripada persamaan hak..

Sebuah Harapan Untuk Masa Depan

Hari kartini adalah hari kemerdekaan kaum prempuan untuk menyuarakan kepentingan dan hak-haknya sebagai seorang individu yang utuh. Hari kartini dapat merupakan sebuah momen untuk kaum perempuan untuk melawan segala bentuk ketidakadilan yang terjadi dan berani bangkit untuk menjadi kartini-kartini baru yang penuh energik, antusiasme yang tinggi dalam membela dan mempertahankan hak-hak kaum perempuan, dan berjiwa pemberani seperti kartini untuk menolak segala bentuk ketidakadilan yang terjadi. Dan dalam relevansinya dengan budaya Manggarai, hari kartini merupakan sebuah kesempatan untuk menjadi kartini-kartini muda yang gigih memperjuangkan kebenaran dan kebebasan. Di sisi lain, juga merupakan sebuah bahan refrlektif tentang kaum perempuan manggarai apakan anda sudah benar-benar menjadi “kartini “muda ataukah anda hanya pasrah dengan suatu paradigma



Sales n Andre

(diskusi cafe intelektual, memperingati hari KARTINI)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar